Begini Rasanya Dibajak? - p.1

"Dharma, terbitin buku tentang Jokowi!" Begitu kira-kira perintah dari Deputi General Manager gue di Elex. Ya, waktu itu adalah bulan Juli akhir tahun 2012. Tanpa ba-bi-bu, gue langsung kontak temen-temen jurnalis di Tribunnews.com buat minta bantuan mereka.

Jokowi - Spirit Bantaran Kali Anyar

Besoknya, Bang Domu Ambarita, salah seorang petinggi di Tribun dateng ke kantor dan langsung ngebahas materi apa saja yang ingin dinaikkan ke buku Jokowi ini. Waktu itu situasinya pun bertambah sulit karena sudah ada banyak buku Jokowi lainnya yang lebih dulu beredar. Dan Bang Domu bersikeras kalau buku ini harus berbeda dari buku-buku lain yang sudah terbit. Akhirnya gue pun bikin mindmap untuk sekadar memberi bayangan tentang materi apa saja yang akan dinaikkan, dan mengenai detail gue serahkan sama Bang Domu untuk lebih dipertajam lagi.

Dua contoh buku Jokowi yang sudah beredar duluan

Perjuangan pun dimulai. Dari awal, kami semua memang merasa kalau buku ini adalah buku cepat saji. Bagaimana nggak cepat saji? Perintah menerbitkan buku ini baru datang di akhir Juli, itu buku berada dalam keadaan belum ditulis. Awal Agustus baru menyusun outline, dan di awal Agustus juga barulah buku ini ditulis dengan menggunakan bank data artikel koran Tribun sambil berkoordinasi dengan temen-temen wartawan lain yang berada di Solo, yang memang sengaja ditempatkan di pos Walikota Solo. Nggak kurang akal, supaya hasilnya lebih gress, bahkan Bang Domu nekat pergi ke Solo beberapa hari sebelum Lebaran buat mewawancarai langsung tokoh yang fenomenal itu. 

Menyupir kendaraan sendirian, bahkan sampai buang air kecil di botol di tengah malam buta, beliau lakukan demi tercapainya misi. Pokoknya, beliau bilang, "Kita all-out sekalian Bos!" Nah, sementara gue? Gue cuma bisa harap-harap cemas menunggu artikel yang masuk ke email, supaya bisa langsung digarap begitu artikelnya sampai. Jadi ketika Lebaran, di mana orang lain berkumpul dan makan ketupat, gue cuma mantengin leptop sambil nunggu bunyi notifikasi e-mail di Blackberry. 

Tapi, semua itu kita lalui dengan sukses. Buku bisa terbit dengan tepat waktu, walau masih ada banyak kekurangan di sana sini (Hell man! Ini buku paling cepet jadi yang pernah gue kerjain selama gue kerja di Elex.) Tapi, seperti yang gue udah bilang tadi, gue menyadari kalau buku ini bukan tanpa kekurangan. Apalagi masih ada banyak kesalahan ketik yang sebenarnya kesalahan sederhana tapi memalukan. Dan itu tanggung jawab gue. Nggak, gue nggak bakalan lari dari tanggung jawab, tapi ya memang itu keputusan yang harus gue ambil karena gue nggak bisa memuaskan semua pihak tho? Ada banyak tangan yang terlibat dalam proses pembuatan buku ini. Lebih baik gue yang dimarahin daripada teman-teman yang kerja bareng gue juga ikut getahnya. :)

Ketika Jokowi memenangkan Pemilihan Gubernur DKI 2012, gue langsung sujud syukur, Doa gue dikabulkan. Buku ini ternyata akan panjang umurnya, tidak jadi mati (buku ini terbit seminggu sebelum pemilihan gubernur tanggal 14 September 2012, jadi kita cuma punya waktu sesempit itu. Pertaruhannya buku ini mati dan kerja keras kita sia-sia, atau buku ini tetap hidup dan kemungkinan besar jadi best seller.) 

Untuk cetakan pertama, buku ini dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Khusus untuk wilayah DKI karena memang menjadi zona panas selama masa pilgub. Begitu Jokowi menang, buku ini langsung direvisi dari kesalahan yang ada di cetakan pertama, dan kemudian dicetak lagi sebanyak 3000 eksemplar. Kali ini untuk diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Begitu menjabat, ternyata Jokowi membuat banyak gebrakan, dan sebagai hasilnya, cetakan kedua buku ini langsung habis dalam waktu singkat. Perintah cetak ulang ketiga pun turun di bulan November 2012, dicetak sebanyak 1500 eksemplar. Total 7500 eksemplar dalam waktu kurang dari enam bulan, akhirnya buku ini layak mendapatkan predikat National Best Seller. Sedikit penyesuaian pun dilakukan di kover depan, ada stempel berwarna merah bertuliskan predikat tersebut.

Tapi, ketika kita harus merasakan pahitnya proses pembuatan buku ini, ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya mau manisnya saja. Ya, buku yang lumayan fenomenal ini ternyata ikut dibajak. Gue dapet laporan kalau buku ini dibajak dari temen sekantor, yang ketika lewat perempatan Cempaka Putih, dia ngeliat buku ini mejeng bersama buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong. (Bersambung)

0 komentar:

 

Copyright (c) 2013 Cerita Semprul All rights reserved | Dimodif sedikit oleh Bli Dharma | Sponsor: Free CSS Templates dan Free Blogger Template