Q - Pak, saya mulai ragu dengan pacar saya. She's a liar. cerita yang dia umbar ke setiap orang beda-beda. Pada X dia bilang kasihan saya. Pada Y dia bilang kami teman biasa. Pada Z dia bilang benci saya. saya takut lanjutkan hubungan.
A - Kalau dia bersikap lembut ke semua orang kamu rela nggak?
Q - Enggak dong, Pak.
A - Kalau dia mesra, manja, dan memberi harapan yang sama pada semua orang, boleh enggak?
Q - Jelas tidak dong, Pak!
A - Kalau dia buka rahasia hati, fantasi, dan mimpi ke semua orang, kamu suka gak?
Q - Amit-amit, Pak! Enggak lah!
A - Terus kenapa dia harus konsisten dan jujur terus-terang pada semua orang?
----------------------------------
Kenapa dia harus berikan kadar kebenaran yang sama pada semua makhluk yang dia temui? Apa semua orang itu hatinya tulus dan bisa diterka? Pacarmu itu perempuan cerdik, dia tahu bagaimana harus menyikapi orang-orang yang ditemuinya. Itulah kecerdikan dan strategi wanita, Mas. Dia tahu apa yang dia mau. Persetan dia bilang apa ke lain orang, yang penting hatinya bisa kau pegang. Kalau kau goyah gara-gara selentingan orang, lelaki macam apa kau ini?
Percakapan dan monolog itu saya ambil dari status Facebook kolega, seorang penerjemah senior. Namanya, Pak Arif Subiyanto, seorang Profesor Sastra yang nyentrik bin gokil.
Ketika saya membaca status itu, saya jadi tergelitik sendiri. Karena jujur, siapa yang tidak pernah berada dalam kondisi seperti itu? Saya yakin, semua laki-laki maupun perempuan, pasti pernah mengalami kondisi yang sama. Khawatir, karena pasangannya ada main di belakang akibat setiap pernyataan yang dia berikan kepada semua orang, berbeda-beda jenisnya. Ke X bilang ini, ke Y bilang itu, ke Z bilang onoh.
Tapi, ketika membaca 'nasihat' Pak Arif yang seperti monolog itu, saya jadi sangat lega. Sumpah sangat lega.
"Itulah kecerdikan dan strategi wanita, Mas. Dia tahu apa yang dia mau. Persetan dia bilang apa ke lain orang! Kalau kau goyah mendengar selentingan orang, lelaki macam apa kau ini?"
Bagian itulah yang membuat saya sangat lega. Karena keyakinan saya akhirnya menemukan pembenarannya dari orang yang sudah jelas malang melintang di jagad romansa.
Ya, saya setuju dengan Pak Arif. Perempuan yang jadi pacar saya sekarang adalah perempuan yang cerdik dan pintar. Dia tahu bagaimana caranya bersikap kepada orang lain. Sungguh saya beruntung karena bisa menjadi pacarnya, dia sudah mengizinkanku untuk memegang hatinya. Kini giliran saya yang harus berhati-hati menjaga hatinya dengan tidak mudah percaya pada selentingan orang. Walaupun memang tidak bisa dilepaskan bahwa sebagai lelaki normal, pasti rasa was-was itu tetap akan datang.
Persetan apa kata orang. Dia sudah menyerahkan hatinya untukku. Dia bisa pintar bersikap dan dia sudah setia menemaniku selama lebih dari 2 tahun ini. Kenapa aku harus seperti para lelaki lain yang (kadang kala masih) tidak percaya pada perempuan yang sudah setia menemaninya, bersikap berlebihan, dan lebih percaya selentingan orang? Toh kalau kita yakin bahwa dia berasal dari golongan yang baik, kenapa kita juga tidak percaya bahwa dia akan baik pula hatinya.
Baiklah, Pak Arif. Akan kujaga hati dan kepercayaannya. Akan saya buktikan kalau saya tidak seperti mereka-mereka yang dengan dablegnya lebih percaya dengan selentingan. Akan saya buat dia merasa beruntung karena memiliki saya, pria yang cerdas dan cerdik. Seperti saya yang merasa sangat beruntung, karena bisa memegang hati seorang perempuan cerdik seperti dia.
Lolopipiu, Bun.. I'm sooo lucky to have you.. :)