Mati Untuk Kembali Tenar

Saya memang telah membunuh John Lennon, tetapi saya juga telah membuatnya tenar kembali. Lebih tenar daripada sebelumnya. - Mark Chapman

Belakangan ini dunia heboh dengan berita kematian Michael Jackson yang begitu mendadak. Lagi siap-siap mau konser, tau-tau masuk rumah sakit, kemudian mati. Semua fans nya kaget, menangis, ada yang histeris. Dunia kehilangan ikon musik pop nya. Seorang bintang pada masanya, yang sekarang mulai pudar popularitasnya.





Tapi, ada hal yang menarik yang bisa gue liat dari berita kematian MJ yang begitu fenomenal.

DIA MENJADI TENAR KEMBALI.

Yep, begitu berita kematiannya tersebar, sebagian besar masyarakat dunia segera men-googling berita tentang Michael Jackson. situs Google dan Twitter sempet berhenti beroperasi selama lebih dari setengah jam karena saking banyaknya manusia-manusia yang mencari beritanya MJ.

Seorang Michael Jackson mati, Google sampe berenti beroperasi. Bisa terbayang? gue aja gak pernah ngebayangin. Gue jamin, gak beberapa lama setelah kematiannya, bakalan ada banyak orang yang mengakses You Tube buat ngeliat video klipnya. Semua barang yang berhubungan dengan MJ pasti langsung dicari-cari, kalau yang udah punya, pasti di simpen dan diawet-awet buat dijual lagi suatu hari nanti.

Mati untuk tenar kembali. Kira-kira kata-kata itulah yang pantas untuk menggambarkan keadaan MJ sekarang. Dia kembali mencapai ketenarannya di masa jaya dulu hanya karena satu hal yang alamiah: mati. Uang royalti dari album-album lagunya kembali mengalir. Yah, walaupun tidak dinikmati oleh si MJ sendiri, paling enggak anak-anaknya bisa menikmati.

Tadi MJ sudah, sekarang bagaimana dengan John Lennon?



Keadaanya sama, dia juga tenar (lebih jauh dari sebelumnya) hanya karena dia mati dibunuh. Ternyata, sesuatu hal yang alamiah juga bisa membuat orang tenar ya?


Permintaan Orang Tua Kepada Anaknya Kelak

Gue hampir nangis ketika suatu hari temen gue mengirim email dengan judul yang sama dengan postingan gue kali ini. Ketika membaca email tersebut, gue menyadari kalau gue masih banyak berdosa sama kedua orang tua gue.

Bulu kuduk gue merinding. Ya, merinding. Sumpah gue ngerasa banyak dosa banget ketika gue baca email kiriman temen gue itu. Gue ngerasa gak layak. Gue merasa menyesal kenapa kedua orang tua gue mesti dipanggil sebelum gue bisa, yah setidaknya, membalas sedikit kebaikan dan jasa mereka. Isi email tersebut adalah ini:


Anakku yang kusayangi..

pada suatu saat dikala kamu menyadari
bahwa aku telah menjadi sangat tua, cobalah berlaku sabar
dan cobalah mengerti aku..

Jika banyak makanan yang tercecer dikala aku makan..
Jika aku mendapat kesulitan dalam mengenakan pakaianku sendiri..
bersabarlah..

Kenanglah saat-saat dimana aku meluangkan waktuku
untuk mengajarimu tentang segala hal yang kau perlu tahu..
ketika kau masih kecil.

Jika aku mengulang mengatakan hal yang sama berpuluh kali..
janganlah menghentikanku.. Dengarlah aku!
Ketika kau kecil, kau selalu meminta membacakanmu cerita yang sama berulang-ulang..dari malam yang satu ke malam yang lain hingga kau tertidur..
dan aku lakukan itu untukmu!

Jika aku enggan mandi, jangan memarahiku dan jangan katakan padaku bahwa itu memalukan. Ingatlah berapa banyak pengertian yang kuberikan padamu untuk menyuruhmu mandi dikala kecilmu.

Jika engkau melihat sikap lambatku terhadap teknologi, jangan tertawakan aku.
tapi berikan aku waktu untuk mengerti hal tersebut.. aku mengajarimu banyak hal.. cara makan yang baik.. cara berpakaian yang baik.. maberperilaku yang baik.. cara bagaimana menghadapi masalah dalam kehidupan..

Jika aku terkadang menjadi pelupa dan tidak dapat mengerti pembicaraan,
beri aku waktu untuk mengingat dan jika aku gagal melakukannya,
jangan sombong dan memarahiku.. karena yang penting bagiku adalah..
aku dapat bersamamu dan dapat berbicara padamu..

Jika aku tak mau makan, jangan paksa aku!
Aku tahu bilamana aku lapar dan kapan aku tidak lapar.

Ketika kakiku tak lagi mampu menyangga tubuhku untuk bergerak seperti sebelumnya..
Bantulah kau dengan cara yang sama ketika aku merengkuhmu dalam tanganku,
mengajarimu melakukan langkah-langkah pertamamu..

Dan kala suatu saat nanti, ketika aku katakan padamu bahwa aku tak lagi ingin hidup..
ketika aku ingin mati.. jangan marah..
karena pada saatnya nanti kau juga akan mengerti!

Cobalah untuk mengerti bahwa pada usia tertentu, kita tidak benar-benar ‘hidup lagi’,
kita hanya ‘tidak mati’

Suatu hari kelak kau akan mengerti bahwa di samping semua kesalahan yang aku buat,
aku selalu ingin apa yang terbaik bagimu dan bahwa aku siapkan dasar bagi perkembangan
dan kehidupanmu kelak.

Kau tidak usah merasa sedih, tidak beruntung atau gagal di hadapanku melihat kondisiku
dan usiaku yang sudah bertambah tua. Kau harus di dekatku, mencoba untuk mengerti bahwa
hidupku adalah bagimu, bagi kesuksesanmu, seperti apa yang ku lakukan pada saat kau lahir.

Bantulah aku untuk berjalan, bantulah aku pada akhir hidupku dengan cinta dan kesabaran.
Satu hal yang membuatku harus berterimakasih padamu adalah senyum dan kecintaanmu padaku.

Aku mencintaimu anakku..

Ayahmu, ibumu..


Ketika gue membaca postingan gue kali ini pun gue masih merinding dan kembali merasa sedih. Ingiin rasanya gue membalas kebaikan dan jasa-jasa kedua orang tua gue. Yah, tapi gue gak bakalan berkecil hati. Mungkin gue digariskan untuk membalas kebaikan dan jasa kedua orang tua gue dengan cara lain. Gue yakin semua ada hikmahnya.

Sebagai penutup, gue inget ada seorang paman yang bilang seperti ini sama gue:

Beruntunglah mereka yang masih memiliki kedua orang tuanya. Beruntunglah mereka yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Akan tetapi, akan sangat beruntunglah mereka yang bisa membuat senang kedua orang tuanya, walaupun hanya sekedar ucapan terimakasih.

Ah, well.. cukup sekian buat postingan kali ini. Nanti pasti di update lagi. Ada banyak pengalaman yang pengen gue tulis di blog ini. Oiya, sudahkah anda mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua anda hari ini?

Ketinggalan Helm

Beberapa waktu lalu, gue ikut seminarnya si Kambing dablek yang bernama Raditya Dika. Eh, seminar ato talkshow ya?? Ah.. entahlah.. yang pasti intinya adalah tentang menulis. Tapi.. errr.. beneran nih.. seminar ato talkshow ya?? Ah,, pake seminar aja lah.. biar kerenan dikit gituu.. hehe.. lagipula, yang ditulis di sertifikat gue adalah “Seminar Tentang Menulis” jadi, sepakatlah kita pake kata seminar.

Oke, balik lagi ke topik. Jadi, tema seminar pada waktu itu adalah “Write Your Life” atau bisa di terjemahkan “Tuliskan kehidupanmu”. Pas seminar, sembari mendengarkan si kambing mangap-mangap di depan peserta, ada cuapan si kambing yang menarik perhatian gue:

Banyak hal-hal sederhana yang berada di sekeliling kita, yang kalo kita pikir-pikir lagi, ternyata hal sederhana itu bisa bikin kita ketawa sendiri.. Yah.. minimal senyum lah..


Ya, hal-hal sederhana, hal yang trivial, ternyata memang bisa membuat kita tertawa sendiri kalau-kita mengingatnya lagi. Percaya atau tidak, ketika saya keluar dari ruangan seminar, gue mulai mencoba memperhatikan keadaan di sekeliling. Dan saudara-saudara, sekali lagi, hal-hal sederhana itu, memang bisa membuat gue ketawa sendiri kalau mengingatnya.

Seperti yang beberapa hari lalu terjadi di kampus. Beberapa hari lalu, gue sudah dengan suksesnya melewati sebuah ujian akhir, yang dimana ujian itu saya kerjakan dari jam 10 pagi, dan baru bisa saya selesaikan pada jam setengah 5 sore, dan parahnya, ujian itu juga open book alias buka buku. Yah, sudah bisa dipastikan bagaimana soal ujian yang gue hadapi kan? Untungnya dosen gue lagi ada di luar negeri.

Entah mungkin karena udah butek banget sama soal ujian sejarah Sastra Inggris, otak gue dan temen-temen gue jadi pada ngebul semua. Ada yang mukanya cengo, ada yang mangap, ada yang langsung jadi kereta api (abis rokok sebatang langsung sundut lagi), dan segala macemnya.
Yang paling lucu adalah (menurut gue) ketika ada temen gue yang pengen langsung pulang. Anggep aja namanya Kris. Pas itu, dia bilang:

Oi, gue pulang ya.. okeh? Sampai ketemu besok.


Dan dia segera memacu motornya keluar dari kampus. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia tau-tau balik lagi dan bilang:

Goblok. Udah mau sampe pasar simpang gue baru sadar kalo helm gue ketinggalan. Pantesan kepala gue rasanya kok ringan ya??


Ya, dia ternyata ketinggalan helm, hal yang simpel kan? Tapi kalau diliat-liat lagi, kejadian itu cukup bisa bikin gue ketawa. Kenapa? Karena pada saat itu, dimana muka temen-temen gue yang lain pada letih-lesu-tapi tidak lemah syahwat, gak ada yang sadar kalau si Kris pergi dari kampus tanpa helm. Dan ketika dia pamit sama yang lain, semuanya bilang:

okee,, ati-ati ya.. *sambil dadah-dadah*


Dan gak ada yang sadar kalo dia ngengkol motor tanpa pake helm.

Pas dia balik lagi ke kampus, baru semua temen-temen pada ketawa dan bilang
Kenape lu?? Otak lu mau mletus?? Gara-gara soal ujian tadi??


Ketinggalan helm, pas abis ujian dari jam 10 pagi. Hal yang amat sangat simpel kan? Tapi itu bisa ngebuat gue ketawa. Sama ketika gue membaca lagi tulisan gue ini.

 

Copyright (c) 2013 Cerita Semprul All rights reserved | Dimodif sedikit oleh Bli Dharma | Sponsor: Free CSS Templates dan Free Blogger Template