Begini Rasanya Dibajak? - p.2

Penjual buku Jokowi bajakan. Sumber di sini
"Halo, dengan Elex Media, selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Begitu ucap Mbak Nana, rekan kerja di bagian Sekretariat. Tak dinyana, ternyata siang itu bakalan jadi siang yang apes buat Mbak Nana. Tiba-tiba saja,

"Saya mau komplain! Ini saya beli buku Jokowi! Saya ditipu mentah-mentah! Gimana sih Elex? Masak nerbitin buku kertasnya stensilan begini? Fotonya gelap! Tintanya ke mana-mana! Lemnya brundulan! Saya nggak mau tau! Pokoknya Elex harus ganti rugi! Saya merasa tertipu! Udah beli mahal-mahal juga!" Ucap seorang ibu-ibu di seberang telepon dengan nada marah-marah.

"Ibu, maaf, ini ibu beli di mana bukunya? Kalau ibu beli di Gramedia dan masih punya tanda pembeliannya, ibu bisa kirim ke saya. Langsung saya proses ganti yang baru." Kata Mbak Nana lagi. 

"Pokoknya tidak bisa, saya minta ganti rugi! Saya udah beli mahal-mahal!" Si ibu masih tetep marah-marah. Entahlah, jangan-jangan udah kesumat kali ya? Lantas, "Ya ini saya bisa langsung ganti asalkan ibu ada tanda bukti pembeliannya. Emangnya ibu beli di mana sih?" Si Mbak Nana tanya balik.

"Ya pokoknya saya beli mahal! 75 ribu saya kebuang percuma!" Si ibu kekeuh dengan nada yang marah-marah. "Hah? 75 ribu? Emang ibu beli di mana? Kita cuma jual itu buku kurang dari 50 ribu!" bales Mbak Nana lagi. Suaranya mulai naik, rada angot.

"Saya, beli di... lampu merah mbak.. Abisnya saya penasaran sama buku ini. Tadi pas di lampu merah, saya beli aja sekalian. 75 ribu, saya waktu itu juga ngebatin, kok mahal amat. Tapi biarin deh, saya keburu penasaran..." Jawab si ibu. Mendengar jawaban si ibu, si Mbak Nana alisnya langsung nyambung, "Wah, maaf ibu, itu ibu beli yang bajakan. Saya nggak bisa ganti. Saya hanya bisa ganti kalau ibu beli langsung di Gramedia." 

"Yah, nggak bisa ya Mbak?" Ucap si ibu, nada suaranya menjadi kian pelan. "Iya Bu, maaf sekali, tapi saya nggak bisa ganti dengan buku yang baru, karena ibu belinya juga bajakan. Lain kali, ibu beli langsung ke Gramedia aja, baru garansi cacat bukunya bisa berlaku."


***


"Buku lo dibajak sampai ke Papua tuh!" 

Begitu kira-kira isi SMS yang dikirim teman-teman kantor pas gue cuti tahun baru kemaren. Damn! Dibajak lagi? Sampai ke Papua? Wow. Buat memulai tahun baru 2013, gue nggak tahu apakah ini sesuatu yang patut dirayakan atau bukan. Tapi yang jelas buat gue ini suatu pencapaian dan hal yang emang 'sesuatu' banget di awal tahun. Kalau buku bajakan di kisah di atas dihargai 75 ribu rupiah, kali ini buku yang dibajak di Papua dihargai lebih mahal lagi, 85 ribu rupiah. 

Sebenernya, buku yang jadi korban bajakan bukan cuma buku gue doang sih. Udah ada banyak buku lainnya yang juga jadi korban bajakan. Tapi, ya mungkin ini kali pertama gue ngerasain buku hasil karya rame-rame, yang gue kerjain sampe setengah budeg, tau-tau dibajak dan dijual dengan harga yang lebih mahal pula. Sementara di sisi lain, gue ngerasa iba sama pembaca yang kecewa lantaran mendapatkan hasil buruk rupa dengan harga yang selangit. 

Yaa nggak adil aja gitu rasanya. Kalau gue jadi mereka, gue juga nggak bakalan mau. Gile, 85 rebu bok! Buat buku yang amburadul sementara gue bisa beli buku orisinal dengan harga yang jauh lebih murah di toko buku resmi? Hmmm... mikir lima kali deh gue sebelum beli bajakan. Lagian, pembajaknya juga aneh. Di mana-mana yang namanya barang bajakan itu selalu dibandrol dengan harga yang lebih murah. Lha ini dipasang harga gak kira-kira tingginya. Ah, mungkin mereka pake reverse psychology! Pinter juga, pasang harga pertamax plus, kover pertamax, tapi isi bensin campur. Sial! (Bersambung)

Begini Rasanya Dibajak? - p.1

"Dharma, terbitin buku tentang Jokowi!" Begitu kira-kira perintah dari Deputi General Manager gue di Elex. Ya, waktu itu adalah bulan Juli akhir tahun 2012. Tanpa ba-bi-bu, gue langsung kontak temen-temen jurnalis di Tribunnews.com buat minta bantuan mereka.

Jokowi - Spirit Bantaran Kali Anyar

Besoknya, Bang Domu Ambarita, salah seorang petinggi di Tribun dateng ke kantor dan langsung ngebahas materi apa saja yang ingin dinaikkan ke buku Jokowi ini. Waktu itu situasinya pun bertambah sulit karena sudah ada banyak buku Jokowi lainnya yang lebih dulu beredar. Dan Bang Domu bersikeras kalau buku ini harus berbeda dari buku-buku lain yang sudah terbit. Akhirnya gue pun bikin mindmap untuk sekadar memberi bayangan tentang materi apa saja yang akan dinaikkan, dan mengenai detail gue serahkan sama Bang Domu untuk lebih dipertajam lagi.

Dua contoh buku Jokowi yang sudah beredar duluan

Perjuangan pun dimulai. Dari awal, kami semua memang merasa kalau buku ini adalah buku cepat saji. Bagaimana nggak cepat saji? Perintah menerbitkan buku ini baru datang di akhir Juli, itu buku berada dalam keadaan belum ditulis. Awal Agustus baru menyusun outline, dan di awal Agustus juga barulah buku ini ditulis dengan menggunakan bank data artikel koran Tribun sambil berkoordinasi dengan temen-temen wartawan lain yang berada di Solo, yang memang sengaja ditempatkan di pos Walikota Solo. Nggak kurang akal, supaya hasilnya lebih gress, bahkan Bang Domu nekat pergi ke Solo beberapa hari sebelum Lebaran buat mewawancarai langsung tokoh yang fenomenal itu. 

Menyupir kendaraan sendirian, bahkan sampai buang air kecil di botol di tengah malam buta, beliau lakukan demi tercapainya misi. Pokoknya, beliau bilang, "Kita all-out sekalian Bos!" Nah, sementara gue? Gue cuma bisa harap-harap cemas menunggu artikel yang masuk ke email, supaya bisa langsung digarap begitu artikelnya sampai. Jadi ketika Lebaran, di mana orang lain berkumpul dan makan ketupat, gue cuma mantengin leptop sambil nunggu bunyi notifikasi e-mail di Blackberry. 

Tapi, semua itu kita lalui dengan sukses. Buku bisa terbit dengan tepat waktu, walau masih ada banyak kekurangan di sana sini (Hell man! Ini buku paling cepet jadi yang pernah gue kerjain selama gue kerja di Elex.) Tapi, seperti yang gue udah bilang tadi, gue menyadari kalau buku ini bukan tanpa kekurangan. Apalagi masih ada banyak kesalahan ketik yang sebenarnya kesalahan sederhana tapi memalukan. Dan itu tanggung jawab gue. Nggak, gue nggak bakalan lari dari tanggung jawab, tapi ya memang itu keputusan yang harus gue ambil karena gue nggak bisa memuaskan semua pihak tho? Ada banyak tangan yang terlibat dalam proses pembuatan buku ini. Lebih baik gue yang dimarahin daripada teman-teman yang kerja bareng gue juga ikut getahnya. :)

Ketika Jokowi memenangkan Pemilihan Gubernur DKI 2012, gue langsung sujud syukur, Doa gue dikabulkan. Buku ini ternyata akan panjang umurnya, tidak jadi mati (buku ini terbit seminggu sebelum pemilihan gubernur tanggal 14 September 2012, jadi kita cuma punya waktu sesempit itu. Pertaruhannya buku ini mati dan kerja keras kita sia-sia, atau buku ini tetap hidup dan kemungkinan besar jadi best seller.) 

Untuk cetakan pertama, buku ini dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Khusus untuk wilayah DKI karena memang menjadi zona panas selama masa pilgub. Begitu Jokowi menang, buku ini langsung direvisi dari kesalahan yang ada di cetakan pertama, dan kemudian dicetak lagi sebanyak 3000 eksemplar. Kali ini untuk diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Begitu menjabat, ternyata Jokowi membuat banyak gebrakan, dan sebagai hasilnya, cetakan kedua buku ini langsung habis dalam waktu singkat. Perintah cetak ulang ketiga pun turun di bulan November 2012, dicetak sebanyak 1500 eksemplar. Total 7500 eksemplar dalam waktu kurang dari enam bulan, akhirnya buku ini layak mendapatkan predikat National Best Seller. Sedikit penyesuaian pun dilakukan di kover depan, ada stempel berwarna merah bertuliskan predikat tersebut.

Tapi, ketika kita harus merasakan pahitnya proses pembuatan buku ini, ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya mau manisnya saja. Ya, buku yang lumayan fenomenal ini ternyata ikut dibajak. Gue dapet laporan kalau buku ini dibajak dari temen sekantor, yang ketika lewat perempatan Cempaka Putih, dia ngeliat buku ini mejeng bersama buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong. (Bersambung)

Cewek Idaman (?!)

Kalau tadi bicara soal cowok idaman dari sudut pandang cowok, yang sebenernya gampang aja buat dicapai -- dengan menjadi diri sendiri dan nggak jadi seorang prick yang kurang ajar bin bajingan -- sekarang kita bicara tentang Cewek Idaman menurut sudut pandang cowok. Ini sebenernya topik yang menyenangkan buat dibahas sih. Tapi jujur aja, topik ini sebenernya lumayan memusingkan juga. Ah, anyway, here we go!

Cewek macem apa yang dicari oleh seorang cowok buat dijadikan sebagai pasangan idaman? Kriterianya macem-macem. Ada yang dilihat dari segi kecantikan, ada yang dilihat dari duit, ada juga yang dilihat dari kesemokan badan, ada juga dari segi perilaku yang manut-manut persis di zaman feodal, dan ada juga yang dilihat dari kesalehan beragamanya. Pokoknya macem-macem.

Sebagai manusia yang emang udah ditakdirkan nggak pernah puas, wajar aja kalau kaum cowok memasang beberapa parameter tadi sebagai batasan komparasi. Tapi, yang jadi masalahnya adalah ketika kita memasang banyak parameter, yang ada kita selalu melihat ke atas terus menerus, dan nggak bakalan pernah ngerasa puas dengan bermacam-macam cewek yang lalu lalang di hadapan kita.

"Ah, dia kurang cantik!", "Ah, dia kurang tajir!", "Ah, dia kurang seksi!" dan segala macemnya lagi. Lha terus gimana dong? Katanya wajar buat milih-milih begitu?! Wajar sih wajar, tapi ada baiknya juga kalau kita, kaum cowok yang katanya dipenuhi oleh logika dan otaknya hanya dipenuhi oleh adegan seks ala Sasha Grey, buat berkonsultasi sama hati.

Hati?! Iya, hati! Tanyakan pada hati kecil. Pun hasilnya gampang saja. Walau kita sudah mendapatkan hasil dari parameter tadi, tapi kalau hati tidak nyaman, tetep aja bakalan sulit buat dijalankan. Bukan begitu? Jadi, saran gue, di mana hati itu nyaman, labuhkanlah perasaanmu di situ. Anggaplah segala atribut itu (keseksian, ketajiran, kepintaran, kecantikan, dan lain sebagainya) sebagai bonus karena lo udah berusaha untuk mencintai seseorang dengan ikhlas. Tuhan nggak diem kok, brur. Udah kebuktian sendiri sama gue.


Cowok Idaman (?)

"Men, gimana sih caranya buat jadi cowok idaman? Gue pengen jadi kayak lo. Temen cewek lo banyak, cantik-cantik lagi!"

Itu pertanyaan yang diucapkan sama temen gue ketika kuliah dulu. Well, sampai sekarang juga mereka masih tanya-tanya sih, karena biar gendut-gendut begini, gue dikenal sebagai cowok yang gampang deket dan selalu dikelilingi oleh cewek-cewek cantik. Baik itu yang temen biasa, baik yang udah jadi sahabat deket gue. Bahkan pacar gue pun masuk kategori cantik, menurut gue. Alah, udahlah, nggak usah iri. Setiap orang punya rezekinya masing-masing.

Nah, sebenernya apa sih yang ngebuat gue sampe diiriin sama temen-temen gue itu? Sebenernya, nggak ada rahasia. Gue hanya menjadi diri gue sendiri. Itu saja, tidak kurang, tidak lebih. Jadi, kalau lo pada nanya apa rahasia gue buat bisa deket sama cewe-cewe cantik? Hey, pede aja brur! Just be yourself, don't be a prick!

2013 - Cerita Semprul

Hmmm... tahun udah ganti, kulit blog udah ganti, nama domain juga udah ganti, dan volume kulit gue juga udah ganti jadi bertambah lebar, tapi postingan gue di blog ini masih segini-segini aja. Sebenernya banyak sih catetan gue di laptop. Beberapa malah udah gue simpen sebagai draf. Tapi, entah kenapa gue males aja buat mempublish-nya di sini. Some, are due to privacy, some are because the posts are too important to publish. 

Ah, klise. Yang ada blog ini masih tetep lumutan dan bulukan. Padahal, nulis itu juga nggak susah-susah amat buat dilakukan. Tinggal tuang apa yang ada di pikiran, abaikan tatabahasa, dan viola, semuanya tersaji begitu saja. Tapi, kenapa males begini ya?  Ah, entahlah. Mungkin blog gue lagi galau... Apa guenya ya, yang galau? Galau mau menentukan arah blog ini mau dibawa ke mana. 

Kalau menurut judul, seharusnya blog ini berisi cerita konyol. Yang saru, seru, tapi nyentil dan semoga yang mbaca juga ndak nesu-nesu. Tapi ya tinggal tapi. Hahahahaha. Mau dibawa ke arah blog travelling juga ndak berguna. Karena sekarang gue jarang pergi-pergi. Mau dibuat jadi blog kuliner? Hmmm.. walau gue doyan makan, tapi gue gak begitu pinter soal kuliner. Karena buat mulut gue, rasa masakan cuma ada enak dan enak banget. Itu saja, tidak kurang tidak lebih. 

Lalu, ini blog mau diapain dong? Oi, tahun udah berganti. Aaahh.. pusing-pusing amat! Dicampur aduk ajalah semuanya. Namanya juga Cerita Semprul. Isinya ya semau-maunya yang punya. 
 

Copyright (c) 2013 Cerita Semprul All rights reserved | Dimodif sedikit oleh Bli Dharma | Sponsor: Free CSS Templates dan Free Blogger Template