Hore. Gue udah resmi menjabat sebagai mahasiswa semester 6. Sumpah gak berasa banget gue kuliah.. tau-tau udah semester 6, terus nanti ada kkn, terus liburan alih tahun (yang bakalan gue pake buat ambil semester pendek), terus nanti naik ke semester 7, susun skripsi, dan voila: gue lulus, jadi sarjana, menyandang gelar SS di belakang nama. Ah.. cepat sekali bukan?
Omong punya omong, hari ini gue udah mulai di kasih tugas bikin paper buat debating class di kampus gue. Hari pertama, tugas pertama. Topiknya adalah: Jaipongan. *terimakasih pak.. tega.. T__T *

Ah, kembali ke Jaipongan. Beberapa waktu lalu, masyarakat Sunda heboh karena Gubernur Jawa Barat melarang tari Jaipongan untuk di pentaskan di tatar parahyangan. Alesannya adalah karena tari jaipongan itu mengandung unsur 3G (Goyang, Giteuk, Geol), di anggap terlalu erotis, tidak etis, kurang Islami, dan segala macam alasan lain lagi.
Kalo menurut gue, keputusan Gubernur Jawa Barat itu adalah: KURANG KERJAAN DAN MENGADA-NGADA!!
Kenapa?? ya, jelas. kalo menurut gue itu mengada-ngada. Tari Jaipong telah menyandang predikat sebagai salah satu kebudayaan asli masyarakat Sunda, dan itu berarti tari Jaipong sudah menyandang predikat sebagai salah satu kebudayaan asli Indonesia. Kalau pak Gubernur melarang pementasan Jaipong, itu bukannya sama saja dengan menghilangkan kebudayaan Indonesia (yang ironisnya, kebudayaan Indonesia makin menghilang satu demi satu).
Setau gue, sebelum masa pemerintahan Gubernur Jawa Barat yang sekarang ini, pada aman-aman aja tuh.. gak ada yang komplain tentang tari jaipong, bahkan masyarakat internasional pun menghargai Jaipong, menghargai sebagai sebuah karya seni asli Indonesia yang perlu di lestarikan.
Sementara itu, dari hasil gue browsing di internet, sumbernya dari sini nih:
http://forum.kompas.com/nasional/14380-gubernur-jabar-larang-tari-jaipong.html
Silahkan di klik dan di baca dulu.
Oke, udah di klik dan dibaca? Nah, di forum itu ditulis bahwa gubernur Jabar mengait-ngaitkan agama dengan kesenian. Ada komentar kaya gini:
Oke? gue rasa itu juga mengada-ngada deh. Seni ya seni. Agama lain jendela dengan seni. Kita tidak boleh mencampuradukkan seni dengan agama, ya karena beda bidang, yang satu kemanaa, yang satunya lagi kemana. Bingung kan jadinya??
Lagian gue juga heran deh.. kok bisa ya? seorang gubernur berbicara seenaknya gitu?? Seni itu harus Islami. Sekarang gue tanya, emang anda benar-benar mengerti seni?? coba kalau begitu, contohkan seni seperti apa yang anda maksud?? Menulis juga seni, tetapi apakah harus Islami?? saya rasa tidak begitu. Seni itu bebas, bebas mengeksplorasi pikiran, bebas mengeksplorasi gerakan, dan sebagainya. Lah, kalo sudah di patok seni itu harus Islami, itu namanya bukan seni bung!! dan menurut gue, karya orang yang berkreasi dengan patokan-patokan itu bukan karya seni.
Sementara itu, yang bikin gue gak abis pikir, Indonesia kan bukan negara Islam, kalo mayoritas penduduknya itu beragama Islam, itu benar, tetapi bukan berarti Indonesia itu sama dengan negara Islam. Masih banyak etnis lain dengan latar belakang berbeda-beda yang turut memberikan arti dalam definisi Bhineka Tunggal Ika.
Oke, masih bicara tentang seni. Sekarang kita liat tari perut.

Anda tau kan? asal tari perut dari mana? yep. Betul! dari Timur Tengah, dari Jazirah Arab. Sekarang saya kaitkan dengan komentar pak Gubernur yang mengatakan seni itu harus Islami.
Arab, yang merupakan negara Islam, yang juga merupakan negara asal dari tari perut, ternyata santai-santai aja tuh sama keberadaan tari perut (yang jelas-jelas kostum sama goyangannya jauh lebih parah dari jaipongan di Jawa Barat) bahkan mereka tetap melestarikan tari perut, tarian itu dianggap sebagai bagian dari jati diri bangsa Arab. Tari perut di jadikan senjata ampuh untuk menarik wisatawan asing datang ke negeri mereka. Wisatawan datang, negara di kenal, dapet devisa dari para turis, budaya tidak hilang. Sama sama saling menguntungkan bukan??
Nah, anda lihat sendiri kan?? ternyata, bangsa arab yang 'sangat Islami' sekali itu masih menghargai tari perut sebagai salah satu kebudayaan bangsa mereka. Lalu, kenapa Pak Gubernur mesti heboh ya??
Pertanyaan gue satu lagi buat pak Gubernur Jabar:
Sementara solusi gue, sama dengan pendapat orang-orang lain yang berkomentar di forum Kompas:
Kalo masih ada yang bilang jaipongan itu seronok, sementara telah di lakukan perubahan-perubahan tersebut, berati orang yang ngomong itu otaknya ngeres. Ketika ngeliat jaipongan, mereka tidak menikmati tari Jaipong sebagai sebuah karya seni, tetapi ketika mereka ngeliat pentas tari Jaipong, mereka ngebayangin para penarinya pada bugil semua, gak pake kostum.
Kalau gitu?? sapa yang bego?? yang jelas bukan gue.
Omong punya omong, hari ini gue udah mulai di kasih tugas bikin paper buat debating class di kampus gue. Hari pertama, tugas pertama. Topiknya adalah: Jaipongan. *terimakasih pak.. tega.. T__T *

Ah, kembali ke Jaipongan. Beberapa waktu lalu, masyarakat Sunda heboh karena Gubernur Jawa Barat melarang tari Jaipongan untuk di pentaskan di tatar parahyangan. Alesannya adalah karena tari jaipongan itu mengandung unsur 3G (Goyang, Giteuk, Geol), di anggap terlalu erotis, tidak etis, kurang Islami, dan segala macam alasan lain lagi.
Kalo menurut gue, keputusan Gubernur Jawa Barat itu adalah: KURANG KERJAAN DAN MENGADA-NGADA!!
Kenapa?? ya, jelas. kalo menurut gue itu mengada-ngada. Tari Jaipong telah menyandang predikat sebagai salah satu kebudayaan asli masyarakat Sunda, dan itu berarti tari Jaipong sudah menyandang predikat sebagai salah satu kebudayaan asli Indonesia. Kalau pak Gubernur melarang pementasan Jaipong, itu bukannya sama saja dengan menghilangkan kebudayaan Indonesia (yang ironisnya, kebudayaan Indonesia makin menghilang satu demi satu).
Setau gue, sebelum masa pemerintahan Gubernur Jawa Barat yang sekarang ini, pada aman-aman aja tuh.. gak ada yang komplain tentang tari jaipong, bahkan masyarakat internasional pun menghargai Jaipong, menghargai sebagai sebuah karya seni asli Indonesia yang perlu di lestarikan.
Sementara itu, dari hasil gue browsing di internet, sumbernya dari sini nih:
http://forum.kompas.com/nasional/14380-gubernur-jabar-larang-tari-jaipong.html
Silahkan di klik dan di baca dulu.
Oke, udah di klik dan dibaca? Nah, di forum itu ditulis bahwa gubernur Jabar mengait-ngaitkan agama dengan kesenian. Ada komentar kaya gini:
“Dalam beberapa kali ceramah di Kampus Unisba dan UPI bandung, Gubernur selalu bilang bahwa seni itu harus Islami, tidak boleh ada unsur goyangnya, ini kacau!”
Oke? gue rasa itu juga mengada-ngada deh. Seni ya seni. Agama lain jendela dengan seni. Kita tidak boleh mencampuradukkan seni dengan agama, ya karena beda bidang, yang satu kemanaa, yang satunya lagi kemana. Bingung kan jadinya??
Lagian gue juga heran deh.. kok bisa ya? seorang gubernur berbicara seenaknya gitu?? Seni itu harus Islami. Sekarang gue tanya, emang anda benar-benar mengerti seni?? coba kalau begitu, contohkan seni seperti apa yang anda maksud?? Menulis juga seni, tetapi apakah harus Islami?? saya rasa tidak begitu. Seni itu bebas, bebas mengeksplorasi pikiran, bebas mengeksplorasi gerakan, dan sebagainya. Lah, kalo sudah di patok seni itu harus Islami, itu namanya bukan seni bung!! dan menurut gue, karya orang yang berkreasi dengan patokan-patokan itu bukan karya seni.
Sementara itu, yang bikin gue gak abis pikir, Indonesia kan bukan negara Islam, kalo mayoritas penduduknya itu beragama Islam, itu benar, tetapi bukan berarti Indonesia itu sama dengan negara Islam. Masih banyak etnis lain dengan latar belakang berbeda-beda yang turut memberikan arti dalam definisi Bhineka Tunggal Ika.
Oke, masih bicara tentang seni. Sekarang kita liat tari perut.

Anda tau kan? asal tari perut dari mana? yep. Betul! dari Timur Tengah, dari Jazirah Arab. Sekarang saya kaitkan dengan komentar pak Gubernur yang mengatakan seni itu harus Islami.
Arab, yang merupakan negara Islam, yang juga merupakan negara asal dari tari perut, ternyata santai-santai aja tuh sama keberadaan tari perut (yang jelas-jelas kostum sama goyangannya jauh lebih parah dari jaipongan di Jawa Barat) bahkan mereka tetap melestarikan tari perut, tarian itu dianggap sebagai bagian dari jati diri bangsa Arab. Tari perut di jadikan senjata ampuh untuk menarik wisatawan asing datang ke negeri mereka. Wisatawan datang, negara di kenal, dapet devisa dari para turis, budaya tidak hilang. Sama sama saling menguntungkan bukan??
Nah, anda lihat sendiri kan?? ternyata, bangsa arab yang 'sangat Islami' sekali itu masih menghargai tari perut sebagai salah satu kebudayaan bangsa mereka. Lalu, kenapa Pak Gubernur mesti heboh ya??
Pertanyaan gue satu lagi buat pak Gubernur Jabar:
"Bapak tuh asli lahir di Indonesia tidak sih?? Kalau bapak mengaku orang Indonesia, seharusnya bapak turut serta melestarikan budaya Indonesia!
Lagian, mendingan bapak urus aja tuh, janji-janji bapak ketika kampanye!! sekolah gratis, apa-apa gratis, dan segala macem tetek bengek yang bapak janjikan ketika kampanye. Gak usah ngurusin hal-hal yang semacam ini."
Sementara solusi gue, sama dengan pendapat orang-orang lain yang berkomentar di forum Kompas:
Jaipongan tidak perlu dilarang, hanya perlu di benahi. Kalau ada yang bilang tari jaipongan itu kostumnya terlalu seronok, ya cukup di ganti saja kostumnya. Kalau ada yang bilang gerakannya terlalu seronok, ya itu berarti tantangan buat para koreografer buat menciptakan gerakan jaipong baru yang revolusioner, gerakan sopan namun tetap mempertahankan identitas jaipong.
Kalo masih ada yang bilang jaipongan itu seronok, sementara telah di lakukan perubahan-perubahan tersebut, berati orang yang ngomong itu otaknya ngeres. Ketika ngeliat jaipongan, mereka tidak menikmati tari Jaipong sebagai sebuah karya seni, tetapi ketika mereka ngeliat pentas tari Jaipong, mereka ngebayangin para penarinya pada bugil semua, gak pake kostum.
Kalau gitu?? sapa yang bego?? yang jelas bukan gue.
6 komentar:
huhu,,begitulah cara 'kaum mayoritas' itu bertindak y dhar..
bali gak berseni bgd dong ya secara bali bukan islami.. yuklah,bali cabut aj dari indonesia..hehe
pejabat2 sok munafik bgd deh ngomong ky gt,, kmrn aj di berita ada pejabat dr partai islam yg ketangkep di panti pijat++.. bok ya ngaca dulu gt br ngomong.. ckckck
Wah......
saya juga gak setuju kalo jaipongan dilarang2.....
benr tuh opininya, mendingan yang kurang sopannya agak ditutupi aja...
tp gak menghilangkan ciri khas jaipongannya ^_^
Selamet nie udah semester 6!
aghh, dhar, itu mah si gubernurnya yg sok2an ga doyan n sok2an ikut ngelarang tari jaipongan.. pdhl mah palingan dy suka juga..
tapi satu hal yg pasti soal si gubernur, berarti justru otak dy-lah yg ga beres!! klo dy emg bisa apresiasi sm seni yg murni dy pandang seni, pasti dy akan pgn melestarikan tarian itu. Lha ini mlh dy ikut2 ngelarang, berarti dy slh satu org yg ngeres tuuh.. haha
dasar pejabat Muna'..
ampuun bang ampuun huehehe gemes banget ni kayanya sama pak gubernur.
kayanya selain nggak ngerti seni, die nggak ngerti agama itu apa.
Well mudah-mudahan cepat sadar :P
jiee yang semester VI huehe
Emang dodol tuh Gubernur...
Bukan ga ngerti lagi tentang seni tapi bener-bener buta tentang seni. Gw rasa dia baru tau kalo di Indonesia ada kebudayaan yang namanya Jaipongan.
Mending ga usah jadi Gubernur Jawa Barat aja kalo gitu.
Ma, nilai semester 5 gw kaga keluar-keluar. Hebat memang MIPA di kampus gw... Dosennya (sok) sibuk semua...
gubernurnya aneh juga ya, sekuler plus sektarian juga..
kudu dikasih pendidikan lagi kayaknya buat para calon pemimpin di Indonesia, biar nasib bangsa ini jelas, ga amburadul.
Post a Comment