Menulis memang hobi saya. Adalah sesuatu hal yang sangat menarik apabila saya bisa menuangkan setiap pikiran saya ke dalam bentuk tulisan, dengan bahasa yang sederhana. Dengan menulis saya bisa melakukan apa saja yang saya mau, seperti menemukan sebuah dunia yang bisa saya kendalikan semaunya.
Menulis adalah seni. Semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang bisa menjadikan tulisannya menjadi sebuah karya seni. Akan tetapi, beruntunglah para penulis amatir, seperti saya tentu saja, karena menurut dosen saya seni itu adalah abstrak. Sesuatu hal yang bisa ditafsirkan semaunya oleh si penyimak, pendengar, dan dalam hal ini, oleh pembaca.
Ya, tampaknya saya setuju dengan pernyataan dosen saya itu. Menulis adalah seni yang bebas untuk diapresiasikan, bebas dikaitkan atau direlasikan dengan hal lain. Sesuatu yang tidak mengenal batasan. Setiap orang boleh menuliskan sesuatu, mau itu tulisan angin-anginan, tulisan bal-balan, sampai tulisan berotot padat berisi sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang pun boleh berkomentar, mau itu komentar angin-anginan, komentar bal-balan, sampai komentar padat berisi sekalipun.
Seni adalah hal yang abstrak. Ketika saya melihat lukisan yang mirip monyet, tapi menurut orang lain itu mirip dengan kucing tengkurap kena kurap, merupakan hal yang boleh-boleh dan sah-sah saja. Begitu juga dengan tulisan. Begitu saya membaca tulisan orang, kalo menurut saya tulisan itu angin-anginan, tapi kalau menurut orang lain pertama tulisan itu adalah tulisan bal-balan, dan menurut orang lain ke dua tulisan itu adalah tulisan nan berotot padat dan berisi, adalah hal yang boleh-boleh dan sah-sah saja untuk dilakukan.
Lantas, seberapa penting peran komentar orang mengenai tulisan orang yang lainnya? Mau tak mau harus mau, kalau menurut saya juga (terserah dong, ini kan tulisan, tulisan saya.), itu penting. Bukaan, bukan sebagai wahana cari perhatian atau minta diperhatikan, saya masih cukup mempunyai rasa diperhatikan orang kok. Komentar itu penting agar jari saya, (dan para penulis lainnya yang mungkin sepaham tidak paham dengan saya) bisa terus menari. Siapa tau, dari tulisan saya yang ingin-berotot-padat-berisi ini ada komentar bal-balan dan angin-anginan yang bisa menginspirasi saya untuk membuat tulisan baru. Yah, mungkin tulisan yang berotot isi angin, plus padat bal-balan.
Jadi, menurut anda para pembaca, apakah tulisan saya ini hanya sekedar tulisan angin-anginan, tulisan bal-balan, tulisan berotot padat berisi? Atau tulisan yang berotot isi angin dan padat bal-balan?
P.S:
saat saya menulis ini, saya lagi berada dalam keadaan yang sok tahu tahi ayam.. jadi terserah anda, mau ikut-ikut orang sok tahu tahi ayam, mau ikut orang tua, mau ikut pacar, mau ikut tukang sampah juga boleh,,
Menulis adalah seni. Semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang bisa menjadikan tulisannya menjadi sebuah karya seni. Akan tetapi, beruntunglah para penulis amatir, seperti saya tentu saja, karena menurut dosen saya seni itu adalah abstrak. Sesuatu hal yang bisa ditafsirkan semaunya oleh si penyimak, pendengar, dan dalam hal ini, oleh pembaca.
Ya, tampaknya saya setuju dengan pernyataan dosen saya itu. Menulis adalah seni yang bebas untuk diapresiasikan, bebas dikaitkan atau direlasikan dengan hal lain. Sesuatu yang tidak mengenal batasan. Setiap orang boleh menuliskan sesuatu, mau itu tulisan angin-anginan, tulisan bal-balan, sampai tulisan berotot padat berisi sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang pun boleh berkomentar, mau itu komentar angin-anginan, komentar bal-balan, sampai komentar padat berisi sekalipun.
Seni adalah hal yang abstrak. Ketika saya melihat lukisan yang mirip monyet, tapi menurut orang lain itu mirip dengan kucing tengkurap kena kurap, merupakan hal yang boleh-boleh dan sah-sah saja. Begitu juga dengan tulisan. Begitu saya membaca tulisan orang, kalo menurut saya tulisan itu angin-anginan, tapi kalau menurut orang lain pertama tulisan itu adalah tulisan bal-balan, dan menurut orang lain ke dua tulisan itu adalah tulisan nan berotot padat dan berisi, adalah hal yang boleh-boleh dan sah-sah saja untuk dilakukan.
Lantas, seberapa penting peran komentar orang mengenai tulisan orang yang lainnya? Mau tak mau harus mau, kalau menurut saya juga (terserah dong, ini kan tulisan, tulisan saya.), itu penting. Bukaan, bukan sebagai wahana cari perhatian atau minta diperhatikan, saya masih cukup mempunyai rasa diperhatikan orang kok. Komentar itu penting agar jari saya, (dan para penulis lainnya yang mungkin sepaham tidak paham dengan saya) bisa terus menari. Siapa tau, dari tulisan saya yang ingin-berotot-padat-berisi ini ada komentar bal-balan dan angin-anginan yang bisa menginspirasi saya untuk membuat tulisan baru. Yah, mungkin tulisan yang berotot isi angin, plus padat bal-balan.
Jadi, menurut anda para pembaca, apakah tulisan saya ini hanya sekedar tulisan angin-anginan, tulisan bal-balan, tulisan berotot padat berisi? Atau tulisan yang berotot isi angin dan padat bal-balan?
P.S:
saat saya menulis ini, saya lagi berada dalam keadaan yang sok tahu tahi ayam.. jadi terserah anda, mau ikut-ikut orang sok tahu tahi ayam, mau ikut orang tua, mau ikut pacar, mau ikut tukang sampah juga boleh,,
3 komentar:
kirain Menulis Berotot Isi Angin, dan Padat Bal-balan.. tuh posting smbil branten atau spak bola trnyata,he...
btw salam knal yah, o iya tukeran link yuk, ntar klo da di pasang, kc tau aku yahh, tengkiu
salam kenal juga..
oke,, nanti saya taro link nya di blog.. ;)
terimakasih sudah mampir ke Aegea Raya.. ahahahah..
Keep writing mas..
I like too
Post a Comment